Wednesday 28 August 2013

Baiturrahim, Masjid Sepanjang Masa

Masjid Agung baiturrahim Singkil
Tribunnews
PERKEMBANGAN Islam yang sangat pesat menuntut tersedianya tempat ibadah dan pusat pendidikan bagi umat. Berdasar kondisi itulah, Raja Singkil bersama rakyatnya tahun 1256 Hijriah atau 1836 Masehi membangun masjid pertama di daerah ini. Bangunan berkonstruksi kayu kapur, meranti laut dengan atap daun rumbia dan ijuk itu diberi nama Masjid Jamik Baiturrahim yang terletak di pusat kerajaan Singkil Lama (di sekitar Kayu Menang, Kecamatan Kuala Baru).


Musibah gempa bumi dan gelombang (geloro) berbarengan dengan meletusnya Gunung Krakatau, di Selat Sunda, tahun 1883 meluluh lantak Singkil Lama. Warga pun hijrah ke Singkil Baru (Singkil saat ini). Atas prakarsa Raja Singkil, Datuk Abdurrauf tahun 1909 masjid Baiturrahim kembali didirikan di sebelah timur rumah datuk (Desa Pasar, Kecamatan Singkil). Arsitektur masjid bergaya Timur Tengah dan Melayu Kuno dengan konstruksi bangunan dari kayu kapur, rasak, meranti, beratap seng dan lantai beton.

Masa kolonial belanda masjid ini menjadi benteng pendangkalan akidah oleh misionaris. Pemberi spirit dalam melepaskan diri dari kebodohan, kemiskinan dan ketidakadilan. Bahkan secara diam-diam digunakan mengatur strategi melawan penjajah. Tahun 1953 setelah kemerdekaan ukuranya diperluas dari 17x17 meter, menjadi 20x30 meter. Masjid ini terus eksis sesuai perkembangan zaman. Begitu pun ketika tahun 1999 Aceh Singkil mekar dari Aceh Selatan, Baiturrahim menjadi masjid kabupaten. Sayangnya bangunan berarsitektur klasik tersebut, mengalami rusak berat akibat gempa dan tsunami Aceh-Nias 28 Maret 2005. Di tengah kesulitan masa rekontruksi, warga sepakat merehab masjid yang rusak agar bisa dipergunakan. Disaat bersamaan direncanakan membangun masjid baru mengganti yang rusak berukuran 37x37 meter. Posisinya di belakang masjid yang saat ini kondisi bangunanya telah miring kebelakang. H Ismail Saleh Lubis ditunjuk sebagai ketua panitia pembangunan.

Pejabat Gubernur Aceh Mustafa Abu Bakar pada 28 Maret 2006 meletakan batu pertama pertanda pembangunan masjid baru Baiturrahim dimulai. Tujuh tahun berjalan masjid yang didesain memiliki satu kubah besar dikelilingi empat kubah kecil dan empat menara disetiap sudutnya, melambangkan Rasulullah dengan empat sahabat terdekatnya itu, baru tuntas sekitar 45 persen. “Kami sangat berharap donatur dan Pemerintah Aceh khususunya bisa membatu menuntaskan pembangunan masjid Baiturrahim yang diperkirakan butuh dana sekitar Rp 5,5 miliar lagi,” kata H Ismail Ketua Panitia Pembangunan Masjid Baiturrahim. Haji Ismail beserta pengurus lainnya, berharap di usia senjanya pembangunan masjid Baiturrahim segera rampung. Agar anak cucu mereka bisa lekas memanfaatkanya dalam mensyiarkan Islam. “Kami ingin tahun 2015 masjid sudah bisa digunakan,” ujar Haji Ismail.
(dede rosadi)
Sumber : Tribunnews.com

No comments:

Post a Comment

Ikuti

Friend me on Facebook